Cerita Eksklusif dari TRB Annual Meeting, Ajang Terbesar di Dunia Transportasi

Transportation Research Board (TRB) Annual Meeting, sebuah nama yang membekas dalam telinga para praktisi transportasi internasional. Memasuki usianya yang ke seratus tiga, perhelatan ini terus mewarnai dunia penelitian transportasi dengan inovasi terkini, menggambarkan arah trend penelitian masa depan secara global.

TRB, sebagai divisi National Research Council di Amerika Serikat, yang awalnya eksklusif untuk para profesional di Amerika Serikat, berkembang menjadi acara internasional terbesar. Kini, TRB Annual Meeting ke-103 mengisi Walter E. Washington Convention Center, Washington, DC, Amerika Serikat, selama 5 hari pada 7-11 Januari 2024.

Berbeda dengan konferensi ilmiah lainnya, TRB Annual Meeting tidak memanjakan pesertanya dengan pembukaan yang mewah, toolkit eksklusif, atau hidangan lezat. Seorang peserta hanya mendapatkan satu bet nama dan satu buku program berisi jadwal serta lokasi orasi ilmiah selama 5 hari. Kalau mau makan, informasi tentang lokasi kantin atau tempat makan terdekat diberikan agar peserta dapat dengan mudah mencari dan membeli makanan sendiri. Sertifikat pun tak diberikan kepada peserta. Meskipun demikian, mahasiswa harus merogoh kocek hampir US$ 500 untuk hadir.

Namun, segala keterbatasan itu tidak mengurangi gemerlap pertemuan para profesional transportasi terbesar di dunia. Walter E. Convention Center, sebagai fasilitas elit di pusat ibu kota Amerika Serikat, menghadirkan fasilitas seluas 6.5 hektar dengan peralatan konferensi yang sangat lengkap dan keamanan yang terjaga secara profesional.

Salah satu pengalaman yang mencengangkan adalah bertemu langsung dengan tokoh-tokoh yang karya-karyanya menjadi dasar penelitian saya. John Casola, yang mengembangkan metode baru dalam penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan aspal (Cosola Method), serta Geoffrey M. Rowe, salah satu pencipta parameter Glover-Rowe yang penting untuk memprediksi keretakan pada aspal. Dan masih banyak lagi para kontributor dalam pembentukan standar ASTM/AASHTO yang akrab di kalangan profesional transportasi, terutama yang berkecimpung dalam bidang material transportasi.

Meskipun fokus utama saya selama acara ini adalah seminar dan lokakarya yang berkaitan dengan material aspal, TRB Annual Meeting mencakup seluruh aspek transportasi, mulai dari material, lalu-lintas, kebijakan, hingga aspek sosial kemasyarakatan dalam transportasi. Tidak mengherankan bahwa acara ini berlangsung selama 5 hari, meski setiap harinya memiliki lebih dari 100 sesi paralel secara bersamaan. Saya sendiri hanya diberikan waktu 1,5 jam untuk mempresentasikan penelitian saya dalam bentuk poster pada hari ke-4.

Keunikan lain dari TRB Annual Meeting adalah keberagaman pesertanya. Meskipun mayoritas dari 10 ribu peserta adalah akademisi, yang didominasi oleh mahasiswa yang ingin mempresentasikan penelitiannya atau menimba ilmu, selebihnya, peserta berasal dari kalangan profesional seperti kontraktor, konsultan, perusahaan dan pegawai pemerintahan (DOTs = Department of Transportations) – atau di Indonesia, Dinas Pekerjaan Umum. Ini menjadi perbedaan signifikan dengan konferensi ilmiah di Indonesia yang umumnya hanya dihadiri oleh akademisi, dan jika ada pejabat pemerintahan yang hadir, umumnya hanya pada saat pembukaan.

Banyak faktor yang menjadikan TRB Annual Meeting sebagai wadah unik di mana peneliti, praktisi, dan pemerintah berkumpul dan berdiskusi dengan antusias. Selain kematangan penelitian, dukungan penuh dari pemerintah Amerika Serikat menjadikan TRB Annual Meeting sebagai ajang yang dinanti oleh para profesional transportasi.

Penting untuk dicatat, TRB bukanlah acara yang diadakan oleh salah satu universitas di Amerika Serikat, melainkan oleh lembaga penelitian independen yang didukung oleh pemerintah Amerika Serikat, yaitu National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine (NASEM). Lembaga ini memiliki tugas memberikan masukan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk menyelesaikan masalah-masalah kompleks terkait ilmu pengetahuan, keteknikan, dan kesehatan.

Kemudian, salah satu acara penting dalam TRB Annual Meeting adalah TRB Committee Meetings, rapat komisi kecil yang terbuka untuk seluruh peserta TRB. Ada sekitar 400 rapat komisi diadakan dalam TRB tahun ini. Setiap komisi ditugaskan secara spesifik untuk membahas perkembangan penelitian di bidang transportasi tertentu dan membahas permasalahan yang dianggap penting untuk dipecahkan ke depan. Hasil pembahasan ini kemudian disampaikan ke badan komisi untuk selanjutnya diteruskan kepada pemerintah. Pemerintah (DOTs) akan merespon usulan ini dengan membuat kebijakan atau membuka penawaran proposal penelitian yang berkaitan dengan hasil rapat komisi TRB. Dan ini menjadikan TRB ajang yang harus dihadiri oleh seluruh profesional transportasi jika ingin tetap update terhadap perkembangan di sektor transportasi dan mengetahui informasi terkini fokus penelitian transportasi ke depan. Secara sederhana, hal ini dapat diibaratkan mirip-mirip dengan alur penyusunan Renstra (Rencana Strategis) di Indonesia, namun melalui pendekatan yang lebih ilmiah dan profesional.

Jarak (gap) antara kemajuan penelitian dan penerapan ilmu di Amerika Serikat cenderung kecil, terutama karena para profesional (akademisi, praktisi, dan pemerintah) dapat berdiskusi bersama dalam satu agenda. Hal ini tentu saja jauh dengan kondisi di Indonesia saat ini, sederhana saja, kalau kita bertanya, seberapa banyak penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen di Indonesia yang telah dipublikasikan di jurnal ternama, dan berapa persen dari hasil penelitian itu yang benar-benar diaplikasikan di lapangan dan dijadikan standar spesifikasi dalam peraturan pemerintah?

Mungkin impian saya terlalu tinggi untuk berharap Indonesia memiliki acara sekelas TRB, yang mampu menyatukan akademisi, praktisi, dan pemerintah untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang ada. Namun, kita bisa memulai dari langkah kecil di kampus UNMUHA tercinta ini. Saya mengusulkan agar saat sidang mahasiswa, penguji tidak hanya terdiri dari akademisi, melainkan juga melibatkan praktisi dari kalangan profesional (kontraktor, konsultan, atau perusahaan swasta) dan pemerintahan yang tentu saja harus memenuhi persyaratan sesuai undang-undang yang berlaku. Ini menurut saya dapat membuka wawasan dan sudut pandang yang lebih luas bagi kemajuan bangsa kita dan memperkecil jarak antara kemajuan penelitian dan penerapan hasil penelitian di Indonesia.

*Penulis: Firmansyah, ST, MS, IPM, ASEAN Eng (Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Aceh)

Komentar