FT Unmuha Gelar International Guest Lecture dari UniMAP Bahas Material Konstruksi Rendah Karbon

FT UNMUHA – Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) menyelenggarakan International Guest Lecture bertema ‘Climate Change Crisis: Low-Carbon Material in Building Construction’, Jumat, 23 Juni 2022 via zoom meeting.

Kegiatan International Guest Lecture tersebut menghadirkan keynote speaker dari Dean Faculty of Civil Engineering Technology, Universiti Malaysia Perlis (UniMAP), Assoc. Prof. Dr. Afizah Ayob.

Acara tersebut dihadiri oleh Dekan FT Unmuha, Dr. Ir. Hj. Hafnidar A. Rani, ST, M.M, IPU, ASEAN Eng, ACPE, Wakil Dekan FT Unmuha, Kaprodi FT Unmuha, para dosen dan mahasiswa.

Dekan FT Unmuha, Dr. Ir. Hafnidar, mengatakan program kampus adalah melaksanakan kerjasama atau kolaborasi antar sesama universitas dan fakultas baik dalam negeri maupun luar negeri.

Jadi program ini adalah langkah awal kita untuk melakukan kolaborasi di bidang tri dharma perguruan tinggi dengan UniMAP. Khususnya dengan Faculty of Civil Engineering Technology,” kata Dr. Ir. Hafnidar dalam sambutannya.

Dr. Ir. Hafnidar juga menyampaikan kedepan Unmuha dan UniMAP akan berkolaborasi baik dalam melanjutkan study maupun dalam guest lecture. Sehingga membuka peluang bagi mahasiswa yang memiliki keinginan untuk melanjutkan study pascasarjana.

Ini langkah awal yang baik, tentunya ada kesepakatan dan program-program lainnya. Kemudian untuk dosen yang ingin melakukan riset, penelitian dengan dosen UniMAP akan kita fasilitasi kerjasamanya. Dan kita libatkan pihak lembaga penelitian LP4M dari Unmuha,” jelas Dr. Ir. Hafnidar.

Sementara itu, Dean Faculty of Civil Engineering Technology, Universiti Malaysia Perlis (UniMAP), Assoc. Prof. Dr. Afizah Ayob, menjelaskan ada tiga negri bagian utara Malaysia yang rendah karbon yakni Perlis, Keudah dan Pulau Pinang.

“Walaupun karbon dioksida CO2 ini penting untuk dalam menjaga bumi kita dan menyeimbangkan suhu bumi kita. Namun suhu emisi CO2 yang berlebihan yang disebabkan oleh bahan bakar yang banyak mengganggu dan mempercepat pemanasan global warming,” ujar Prof. Dr. Afizah.

Menurutnya, perubahan iklim ini dapat berdampak ekologis yang serius seperti banjir, badai ekstrem ataupun kenaikan permukaan laut serta sistem air yang naik. Dari tahun 2010 sampai 2019 selama 9 total emisi CO2 global telat meningkat tinggi.

“Utuk mengurangi CO2 kita bisa mulai dari menggunakan kendaraan umum, mengurangi makan daging merah, memilih berjalan kaki dan kita menggunakan botol yang dapat digunakan kembali,” ungkap Prof. Dr. Afizah.

Ia menjelaskan dari segi konstruksi, mulailah masyarakat menggunakan material atau bahan konstruksi yang rendah karbon, serta yang ramah lingkungan. Saat ini pembangunan menyumbang CO2 14 gigatonnes emisi gas rumah kaca (GHGs) setiap tahun.

Untuk itu, dalam konstruksi perlu dikurangi, sehingga tersisa setengah di tahun 2030 dan nol pada tahun 2050. Hal itu untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris 2015 yang bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 -C di atas tingkat pra-industri.

“Kemudian, untuk mendapatkan industri konstruksi di jalur untuk mencapai target iklim global, semua perusahaan perlu mulai mengukur jejak karbon penuh (CF) bangunan,” ungkap Prof. Dr. Afizah.

Prof. Dr. Afizah menyebutkan sejak lima tahun lalu, negara maju memiliki CO2 yang tinggi, seperti China, Amerika Serikat, Rusia. Indonesia berada di peringkat 9. Sementara malaysia total CO2 adalah 248,83 Mton tahun 2019. 0.65 persen total world (33,181,072 population 2022).

“Ada lima jenis green house effect, karbon dioksida, methane, CFC,s, Ozone, dan Nitrous Oxide. Lima green house effect ini yang sangat parah disituasi gelombang panas yang sedang melanda negara-negara di dunia,” tutur Prof. Dr. Afizah.

Komentar